Cari Blog Ini

Senin, 25 Oktober 2010

Tuhan Berteriak Dalam Penderitaan Kita

Di sebuah desa, tinggallah seorang kakek bersama anak dan cucunya. Suatu hari, bencana banjir menimpa desa itu. Semua warga kampong beserta keluarga si kakek, pergi mengungsi ke desa lain yang tidak terkena banjir. Tetapi si kakek tetap bertahan seorang diri dirumah itu.

“Saya tidak akan pergi ke mana-mana, saya akan berdoa di sini untuk memohon pertolongan Tuhan.” Kata si kakek kepada keluarganya yang hendak membawanya mengungsi.

Hujan semakin lebat, warga desa mulai mengkhawatirkan keselamatan si kakek tua. Maka datanglah bala bantuan dengan membawa sebuah perahu karet untuk menjemput si kakek mengungsi, tetapi, si kakek menolak dengan keras, “ Hai anak muda ! kamu mesti percaya pada kemurahan Tuhan, sebentar lagi hujan akan reda, dan banjir akan segera surut.”

Namun, yang terjadi justru kebalikannya, air hujan semakin tinggi menggenangi rumah si kakek, hingga ia tidak dapat lagi berdiam di dalam rumah. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia pergi memanjat atap rumah, berdiri seorang diri di sana, sambil tetap berdoa kepada Tuhan agar mau mendengarkan permintaannya.

Tiba-tiba, terdengar suara mesin helicopter yang menderu-deru di atas rumah si kakek. Seorang anggota mariner berteriak-teriak memanggil si kakek sambil menurunkan seutas rantai besi untuk menolongnya dari kepungan air. “Kakek, cepat pegang rantai itu. Kami akan segera menyelamatkanmu dari sini.”

Namun sayangnya, si kakek tetap kukuh dengan pendiriannya. Ia sangat yakin, Tuhan akan menghentikan hujan dan meredakan banjir. Maka, iapun menolak ajakan regu penolong itu, kemudian kembali khusuk dalam doa. “ Ya Tuhan Yang Maha Baik dan Maha Penolong, kabulkanlah doa hambamu yang tak berdosa ini.”

Suara petir dan gemuruh hujan terus sahut-menyahut di langit, seakan beradu keras dengan seruan doa si kakek tua itu. Akhirnya, si kakek malang itu, tenggelam bersama permohonannya yang belum selesai ia panjatkan.

Sesampainya di Surga, ia berjumpa dengan Sang Pencipta, yang tersenyum menyambut kehadirannya. “Tuhan, mengapa Engkau tidak menolongku. Di mana Engkau ketika aku berteriak memanggilmu,”kata si kakek sambil cemberut.
“Tidakkah kamu tahu ? Aku sudah mendengar doamu bahkan sebelum terucap dari mulutmu,” jawab Tuhan sambil menegaskan,”Kamu kira siapa yang mengirim perahu karet untuk mengajakmu pergi, dan siapa pula yang menggerakkan regu penolong untuk menyelamatkan kamu dari bencana ?”

Si kakek terdiam dengan penuh penyesalan, “Ternyata, Tuhan telah menjawab doa-doa saya, tetapi saya sendiri yang menolak semua pertolongan Tuhan itu.”

Dengan bermacam-macam dalih, kita pun sering bersikap seperti si kakek malang itu. Kita dengan begitu gampangnya menyalahkan Tuhan, atau orang lain yang kita anggap tidak mau peduli terhadap kesulitan dan masalah yang kita hadapi. Bahkan, kita juga sering bertanya-tanya, ketika berda dalam kesulitan,” Apakah Tuhan itu ada ? Jika ada, apakah benar Tuhan itu Maha Pengasihn dan Maha Penolong ? Jika ya, mengapa banyak orang yang di biarkan menderita dan mengalami kesulitan ?”

Apakah kita mau membuka telinga, membuka hati dan pikiran kita untuk mendengarkan teriakan Tuhan itu ?

Tidak ada komentar: